Sebagian kita ada
yang menganggap ‘Nabi Khidir “ sampai sekarang belum wafat, untuk
mengajarkan berbagai hikmah kepada manusia.. Bagaimanakah sejatinya nabi
Khidir itu?
Dari sebuah khutbah Juma’at seorang ustadz (KH. Yaksyallah Mansur Ma) menyampaikan hikmah dari kisah Nabi khidir dan Nabi Musa..
“ Lalu keduanya bertemu dengan seorang hamba di antara
hamba-hamba Kami, yang telah kami berikan rahmat dari sisi Kami, dan
yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami..” (Qs Al kahfi : 65)
Menurut jumuhul mafassirin (mayoritas ahli tafsir) sejak dari Ibnu
Abbas, Al Thabari, Al Qurthubi, Ibnu Katsir sampai penafsir kontemporer
Ahmad Musthafa al Maraghi bahwa yang dimaksud keduanya pada ayat ini
adalah Nabi Musa Alaihi Salam dan anak muda pengiringnya (pembantunya)
Yusya’ bin Nun. Sementara yang dimaksud seorang diantara hamba-hamba
Kami adalah Nabi Khidr Alaihi Slama. Tetapi penafsir kontemporer yang
lain yaitu as Syahid Sayid Quthb, penyusun tafsir fi dzilalil Qur’an
tidak menyebut nama Khidr ketika menafsirkan ayat ini. Dia hanya
menyebut-nyebut al abdus shalih (hamba yang shalih) saja. Dia
berpendirian demikian sebab di dalam ayat-ayat yang berhubungan dengan
kisah ini (QS Al Kahfi 65-82) tidak pernah disebut nama Khidr dan
karenanya beliau merasa lebih baik membiarkan sosok ini tetap rahasia
seperti yang termaktub dalam Al Qur’an
SIAPAKAH NABI KHIDIR ITU?
Sosok nabi Khidir Alaihi Salam yang menurut Jumhurul Mufasirin sebagi
nabi yang dijadikan oleh Nabi Musa Alaihi Salam sebagai gurunya, telah
menimbulkan kontroversi di kalangan ulama sejak dahulu samapai sekarang.
Khidr atau khadhir atau Khidhir berasal dari bahasa Arab yang artinya
hijau. Menurut riwayat Mujahid apabila dia shalat rumput-rumput kering
yang disekelililngnya akan menjadi hijau. Segolongan orang terutama dari
kalangan kaum shufi mengatakan bahwa dia masih hidup sampai sekarang.
Banyak cerita lainnya, tetapi kebanyakan cerita tersebut berasal dari
kisah-kisah israiliyat. Dan tentang beliau masih hidup sampai sekarang
bertentangan dengan ayat Allah : Kami tidak menjadikan hidup abadi
bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu
mati, apakah mereka akan kekal? Tiap –tiap yang berjiwa akan merasakan
mati (Qs Al Anbiya : 34-35)
Imam Bukhari dan beberapa perawi hadis yang lain menegaskan Nabi Khidr Alaihi Salam telah wafat
Hikmah dari kisah ini , Adab menuntut ilmu
AI Imam Fakhrur Razi mengatakan,” Ketahuilah , ayat ini (Qs al
Kahfi: 66) menunjukan bahwa Nabi Musa memperhatikan adab serta tata cara
yang cukup banyak dan lunak ketika ingin belajar dari nabi Khidir. Tata
cara tersebut antara lain :
Nabi Musa merendah’kan dirinya dengan bertanya secara halus , “
Apakah engkau mengizinku untuk mengikutimu? Padahal kita tahu Nabi Musa
adalah seorang nabi Ulul Azmi yang pernah bercakap-cakap dengan Allah
dan memimpin Bani Israil. Dia pula satu-satunya Nabi yang disebut
namanya dalam Al Qur’an sebanyak 300 Kali!
Kemudian nabi Musa mengatakan “ Supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu
yang benar..” ini membuktikan kepribadian luhur dan sifat tawadlu
untuk mengakui akan kebodohan dirinya di hadapan sang guru. Dan
beberapa adab lainnya
Hikmah kisah ini juga menyampaikan salah satu etika dalam menuntut
ilmu (al Qur’an) adalah bahwa ilmu harus dicari dari sumbernya . Ia
harus didatangi walau jauh tempatnya dan kesulitan dalam menempuhnya.
Dan Nabi Musa mencontohkan bagaimana ia walaupun seorang nabi pilihan
(ulul azmi) yang sekaligus pemimpin , siap menempuh suatu perjalanan
untuk mencari ilmu.
Nasihat Khidir kepada Musa
Dari Umar bin Al Khattab Radiyallahu Anhu , bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wa sallam bersabda, “ Saudaraku, Musa Alaihissalam
berkata, Wahai Rabbi .., tampakanlah kepadaku orang yang engkau
tampakkan kepadaku di perahu..”
Allah menurunkan wahyu kepada Musa ,” Hai Musa kamu akan melihatnya..”
Tak berapa lama kemudian datang Khidir, dengan aroma yang harum dan
mengenakan pakaian berwarna putih. Khidir berkata, “ Salam sejahtera
atasmu wahai Musa bin Imran. Sesungguhnya Rabbmu menyampaikan salam
kepadamu beserta rahmatNYa..
Musa berkata,” Dialah As-Salam dan kepada-Nya kesejahteraan serta
dari Nya kesejahteraan. Segala puji bagi Allah Rabbul-alamin yng
nikmat-nikmatNya tidak dapat kuhitung dan aku tidak dapat bersyukur
kepada-Nya kecuali dengan petolongan-Nya. Kemudian Musa berkata, “ Aku
Ingin engkau memberiku nasihat dengan suatu nasihat yang dengannya Allah
memberikan manfaat kepadaku sepeninggalmu.”
Khidir berkata,” Wahai pencari ilmu, sesungguhnya orang yang
berbicara tidak lebih mudah jemu daripada orang yang mendengarkan. Maka
janganlah kau buat orang-orang yang ada disekitarmu menjadi jemu ketika
engkau berbicara kepada mereka. Ketahuilah bahwa hatimu merupakan
bejana. Kenalilah dunia dan buanglah ia dibelakangmu, karena dunia bukan
merupakan tempat tinggalmu, dan apa yang ditetapkan bagimu tidak ada di
sana. Dunia dijadikan sebagai perantara hidup hamba, agar mereka
mencari bekal darinya untuk tempat kembali. Hai Musa , letakkanlah
dirimu pada kesabaran, tentu engkau akan selamat dari dosa. Wahai Musa,
pusatkanlah minatmu pada ilmu kalau memang engkau menghendakinya.
Sesungguhnya ilmu itu bagi orang yang berminat kepadanya. Janganlah
engkau menjadi mudah kagum kepada perkataan yang disampaikan panjang
lebar, karena banyak perkataan mendatangkan aib bagi orang yang berilmu
dan dapat membocorkan rahasia yang mestinya ditutupinya.Tetapi
semestinya engkau berkata sedikit karena yang demikian itu termasuk
taufiq dan kebenaran. Berpalinglah dari orang bodoh dan bersikaplah
secara lemah lembut terhadap orang yang dungu, karena yang demikian itu
merupakan kelebihan para ahli hikmah dan hiasan orang-orang yang
berilmu. Jika ada orang bodoh yang mencacimu , diamlah di depannya lalu
menyingkir dari sisinya secara hati-hati karena kelanjutannya tetap
menggambarkan kebodohannya terhadap dirimu dan caciannya akan semakin
bertambah gencar dan banyak. Wahai anak keturunan Imran, janganlah
engkau terlihat memiliki ilmu kecuali hanya sedikit. Sesungguhnya asal
keluar dan asal berbuat merupakan tindakan menceburkan diri kepada
sesuatu yang tidak jelas dan memaksakan diri. Wahai anak Imran janganlah
sekali-kali engkau membukakan pintu yang tidak engkau ketahui untuk apa
pintu itu ditutup dan jangan tutup pintu yang tidak engkau ketahui
untuk apa ia di buka. Wahai anak Imran, siapa yang tidak berhenti dari
dunia, maka dunia itu yang akan melahapnya. Mana mungkin seseorang
menjadi ahli ibadah jika hasratnya kepada dunia tidak pernah habis?
Siapa yang menghinakan keadaan dirinya dan membuat tuduhan terhadap
Allah tentang apa yang ditakdirkan baginya, mana mungkin kan menjadi
orang zuhud? Adakah orang yang telah dikalahkan hawa nafsunya akan
berhenti dari syahwat? Mana mungkin pencarian ilmu masih bermanfaat bagi
orang yang dipagari kebodohan? Perjalanan akan menunjukkan ke akhirat
dengan meninggalkan dunia . Wahai Musa belajarlah apa engkau amalkan
agar engkau mengamalkannya dan janganlah engkau menampakkan amalmu agar
disebut-sebut , sehingga engkau mendapat kerusakan dan orang lain
mendapat cahaya. Wahai anak Imran, jadikanlah zuhud dan taqwa pakaianmu,
jadikanlah ilmu dan zikir sebagai perkataanmu, karena yang demikian itu
membuatmu Rabbmu ridha. Berbuatlah kebaikan karena engkau juga harus
melakukan yang lainnya. Engkau telah mendapatkan nasihatnya jika engkau
menghafalkannya”.
Setelah itu Khidir berbalik meninggalkannya, sehingga tinggal
sendirian Musa dalam keadaaan sedih. (Diriwayatkan Ath Thbrany dalam Al
Ausath, di dalam nya ada Zakaria bin Yahnya Al Wafad, yang didhaifkan
tidak hanya oleh satu orang, Ibnu Hibband dalam At Tsiqat. Dia
menyebutkan bahwa dia salah dalam kemaushullannya. Yang benar ,
didalamnya ada riwayat dari Sufyan Ats Tsaury, bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam mengatakannya, dan rijal yang lainnya
tsiqat. Majma”Az Zawa’id, 10/224)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar