Sabtu, 14 Maret 2015

Akhir Zaman Setiap Manusia, Maut Sebagai Nasihat (4-Habis)

kuburan
Pengaruh Mengingat Maut dalam Memperbaiki Jiwa
MENGINGAT maut sungguh berpengaruh besar dalam memperbaiki jiwa, sebab jiwa lebih mengutamakan dunia dan kelezatannya, serta berhasrat untuk kekal selama-lamanya di dunia. Terkadang jiwa cenderung pada dosa dan maksiat, serta malas beramal. Jika maut selalu berada dalam pikiran seorang hamba, ia akan menganggap kecil dunia dan membuatnya selalu berupaya memperbaiki diri.
Al-Baihaqi dalam Sya’b al-Imam, Ibn Hibban dalam shahihnya dan al-Bazzar dalam musnadnya meriwayatkan dengan sanad hasan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Perbanyaklah oleh kalian mengingat penghancur kelezatan, yakni maut. Maut itu jika diingat dalam kesempitan hidup, ia akan melapangkannya, dan jika tidak diingat dalam keluasan hidup, ia akan menyempitkannya.”
Ibn al-Mubarak menyebutkan bahwa seorang shaleh berkata, “Lupa mengingat maut walau sesaat sungguh membuat hatiku rusak.”
Ad-Daqqaq berkata, “Siapa yang sering ingat mati akan dimuliakan karena tiga hal: segera dalam bertobat, hati yang kanah, dan giat beribadah. Siapa yang melupakan maut, biasanya melakukan tiga hal: memperlambat tobat, meninggalkan ridha Allah demi kecukupan dunia, dan malas beribadah.”
IMAM Qurthubi berkata, “Ketahuilah bahwa ingat mati menimbulkan hasrat menjauhi dunia yang fana, dan setiap menghadapkan diri ke negeri akhirat yang baka.”
Diriwayatkan bahwa seorang wanita mengadu kepada Aisyah mengenai hatinya yang keras. Aisyah menjawab, “Perbanyaklah ingat mati, niscaya itu akan melunakkan hatimu.” Wanita itu melakukan saran Aisyah, dan akhirnya lunaklah hatinya.
Imam Qurthubi berkata, “Ulama mengatakan bahwa ingat mati dapat menjauhi maksiat, melunakkan hati yang keras, menghapus kebanggaan terhadap dunia, dan meringankan musibah.”
Imam Qurthubi juga berkata:
Para ulama mengatakan bahwa tiada yang lebih bermanfaat bagi hati daripada ziarah kubur, terlebih bagi hati yang keras. Bagi yang berhati keras, obatnya ada tiga. Pertama mencabut hal-hal buruk yang menempel pada dirinya, dengan menghadiri majlis ilmu yang berisi nasihat, peringatan, kabar gembira, ancaman dan kisah orang-orang shaleh, sebab itu semua dapat melunakkan hati.
Kedua, ingat mati. Hendaknya banyak mengingat penghancur kelezatan, pemisah kelompok dan pembuat anak-anak jadi yatim. Ketiga, menyaksikan orang yang sedang sekarat. Sebab, melihat orang mati serta sekaratnya, serta membayangkan keadaan setelah kematian termasuk hal yang memutuskan kelezatan jiwa, mengusir kesenangan hati, membuat mata tidak tidur, membuat badan tidak beristirahat, memotivasi diri untuk beramal, dan menambah kesungguhan dan kerja keras dalam beramal.
Disebutkan dari Hasan al-Basri bahwa ia menjenguk orang sakit, lalu ia mendapatinya dalam keadaan sekarat. Beliau menyaksikan kesulitan sekarat dan betapa berat hal yang dihadapi orang itu. Beliau kembali ke keluarganya dengan wajah yang sungguh berbeda dengan saat beliau pergi. Mereka berkata, “Makanlah, semoga Allah memberi rahmat padamu!” Beliau menjawab, “Wahai keluargaku, waspadalah dengan makanan dan minuman kalian! Demi Allah, aku baru saja melihat kejadian mengerikan yang aku senantiasa beramal untuk menghadapinya sampai aku menemuinya.”
Abu Darda’ berkata, “Orang yang banyak ingat mati, rasa gembira dan irinya mengecil.” [Sumber: Ensiklopedia Kiamat/Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar