
SETIAP manusia pasti akan bertemu dan menghadapi maut. Karena hidup di dunia ini hanyalah singgahan sementara. Di sinilah manusia berusaha mencari bekalnya untuk kehidupan kekal di akhirat kelak. Sehingga, ketika akhir zamannya telah ditentukan dan ia mulai meninggalkan dunia, bekal itulah yang akan menemani dirinya dikegelapan alam kubur.
Maut adalah Pemberi Nasihat Terbesar
Orang yang berakal adalah yang dapat mengambil pelajaran, sebab maut adalah pemberi nasihat terbaik. Sebagian ahli zuhud ditanya, “Apakah nasihat yang paling besar?” Jawabnya, “Merenungkan orang-orang mati.” Al-Qurthubi melukiskan maut dengan sangat baik, “Ketahuilah bahwa maut adalah hal yang menakutkan, perkara yang menyeramkan, cangkir yang rasanya menjijikkan. Sesungguhnya maut itu menghancurkan kelezatan, meutuskan kesenangan, dan mendatangkan hal-hal yang dibenci. Hal yang menghancurkan sendi-sendimu pastilah perkara yang menakutkan, sesuatu yang besar, dan harinya pastilah hari yang besar.”
Merenungkan Maut
Sebagaimana hidup merupakan tanda kekuasaan Allah, maka maut juga tanda kekuasaan Allah, tetapi jangan Anda katakana bahwa itu aneh. Allah berfirman, “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan,” (QS. al-Baqarah: 28).
Memikirkan ayat ini berarti memikirkan salah satu ciptaan dan keajaibannya yang menunjukkan kebesaran kekuasaan Allah. Diriwayatkan bahwa seorang Badui bepergian dengan naik unta, lalu tiba-tiba untanya terpuruk dan mati. Si Badui turun dari unta itu lalu mengelilinginya dan memikirkannya, “Kenapa kau tidak bangkit? Kenapa kau tidak berdiri? Anggota tubuhmu lengkap dan sehat. Ada apa denganmu? Apa yang menyebabkan kau seperti ini? Apa yang dapat membuatmu bangkit? Apa yang merobohkanmu? Apa yang membuatmu tidak bergerak?” Kemudian ia pergi sambil memikirkan hal itu dan merasa takjub.
ALLAH memberi nasihat tentang maut kepada Rasul-Nya, “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka juga akan mati,” (QS. az-Zumar: 42).
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Thabrani dalam al-Awsath, Abu Na’im dalam al-Hilyah, al-Hakim dalam Mustadraknya, dan lain-lain disebutkan bahwa sahabat Ali ibn Abi Thalib, berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jibril mendatangiku dan berkata, ‘Hai Muhammad, hiduplah sesuka hatimu, sebab kau pasti mati. Cintailah ornag yang kau sukai, tapi pasti kau akan berpisah dengannya. Beramallah sesukamu, sebab pasti (amal)mu akan dibalas. Ketahuilah, kemuliaan seorang mukmin ada pada ibadah malamnya, dan kehormatannya ada pada sikap tidak membebani orang lain’.”
Kami akan sampaikan beberapa nas dari Allah dan Rasul yang mengingat kematian. Ini adalah kebiasaan orang saleh, yakni mereka mengingatkan diri mereka dan orang lain akan kematian. Ali ibn Abi Thalib berkata, “Dunia berjalan ke belakang, dan akhirat berjalan ke depan. Keduanya memiliki pengikut. Jadilah pengikut akhirat dan jangan jadi pengikut dunia. Sebab, hari ini adalah amal dan bukan hisab, sedangkan besok adalah hisab dan tidak ada amal.” Diriwayatkan oleh Bukhari dalam shahihnya, bab “Harapan dan Optimisme”. [Sumber: Ensiklopedia Kiamat/Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi]
BERSAMBUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar